Rabu, 02 Maret 2011

SUDAHKAH KITA BENAR-BENAR MERASA SEBAGAI HAMBA ALLAH?

oleh Kajian-kajian Tentang Wanita pada 04 Februari 2011 jam 22:49
قَالَ الإِمَامُ الحَبِيْبُ عَبْدُ اللهِ بْنُ عَلَوِي الحَدَّادُ : “مَا تَرَكَ مِنَ الكَمَالِ شَيْئاً مَنْ أقَامَ نَفْسَهُ مِنْ رَبِّهِ مَقَامَ عَبْدِهِ مِنْ نَفْسِهِ.”

“Barangsiapa menempatkan dirinya di sisi Tuhannya layaknya hamba sahaya )yang tunduk dan patuh( yang ia miliki, maka ia telah mencapai puncak (kehambaan) yang sangat sempurna.” 

Harapan setiap dari Anda manakala mempunyai hamba sahaya adalah hamba yang berkarakter dan berperilaku penurut, berbudi pekerti luhur, bekerja dengan profesional selain juga berpenampilan bersih, rapi, dan disiplin.
Pertanyannya, apakah saat Anda mengidam-idamkan budak seperti ini, terbetikkah bagaimana selayaknya Anda bersikap kepada Tuhan. Tentunya, sebagaimana Anda senang memperoleh budak semacam di atas tersebut, maka Allah pun juga akan gembira mendapati hamba-Nya yang senantiasa tunduk, patuh, beradab, rendah diri, menunaikan perintah-Nya, serta menjauhi segala larangan-Nya. Oleh sebab itulah, Anda belum dikatakan telah mencapai kesempurnaan selama Anda tidak mengambil posisi diri di hadapan Tuhan seperti Anda meletakkan budak Anda di hadapan diri Anda sendiri. Yaitu menjadikan hubungan Anda dengan Tuhan layaknya kemauan Anda dengan budak yang Anda miliki.
Sehubungan dengan itu, kala Anda memiliki budak yang durhaka, membangkang, selalu ingkar janji atau tidak bermoral, Anda pun akan menjatuhkan hukuman, bisa berupa cambukan, pengisolasian dan sebagainya. Sama persis ketika Allah mendapati hamba-Nya yang tidak menurut, durhaka, melanggar ajaran-Nya, secara otomatis hamba itu akan memperoleh murka Allah swt dengan berbagai implikasinya.

Cobalah Anda sedikit melakukan kontemplasi. Apa yang Anda impikan dari anak Anda. Sudah barang tentu Anda memiliki harapan yang tinggi kepadanya, “Oohh.. aku ingin mempunyai anak yang mendengarkan untaian nasihatku, yang bisa membuat aku bangga, membuat aku bahagia, hormat kepadaku, dan memuliakanku.” Sejatinya, impian Anda ini tidak berbeda dari keinginan Allah terhadap hamba-Nya, dimana Dia  menginginkan agar hamba-Nya tersebut menghargai-Nya, mengagunggkan-Nya, dan taat kepada-Nya.

Saat Anda menjadi seorang guru, harapan besar segera “menyergap” Anda yaitu sebuah asa agar santri Anda menjadi santri yang sukses, berhasil, selalu belajar, rajin, ulet yang kelak akan menjadi cendekiawan muslim. Seperti itu pula harapan Allah. Dia mengharapkan supaya Anda lulus sebagai hamba yang berpredikat sukses, berhasil, meningkat pangkat dan derajatnya sehingga bisa masuk ke dalam surga-Nya.
Pedihnya, acap kali kita marah dan kesal pada budak, santri atau anak kita yang nakal, berperangai buruk, bertindak kurang ajar kepada kita tapi kita berleha-leha bahkan merasa tidak bersalah di saat kita tidak taat kepada Allah. Tal ayal, ini merupakan hal yang sangat keliru. Jangan hanya pandai menuntut budak kita untuk senantiasa bersikap patuh namun kita abai akan sikap dan perilaku kita di hadapan Allah, merasa masa bodoh bahkan menganggapnya ringan begitu saja. Kalau yang “kecil” (dosa) Anda remehkan, bersiaplah menikmati kekerdilan Anda di genggaman kebesaran-Nya

وَتَحْسَبُوْنَهُ هَيِّّناً وَهُوَ عِنْدَ اللهِ عَظِيْمٌ.

Kamu mengganggapnya suatu yang ringan saja, padahal dia di sisi Allah adalah besar.” (Qs. An Nur [24]: 15).

Gambaran Keindahan Surga bagi Hamba yang Bertaqwa
Demikian pentingnya kesadaran penghambaan kita kepada Allah, maka peningkatan volume penghambaan kita kepada Allah yang berkualitas dan berkuantitas merupakan sesuatu yang tak bisa ditawar-tawar lagi.

وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ، يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِ ي مِنْ تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِيْنَ فِيْهَا وَذلِكَ الفَوْزُ العَظِيْمُ. وَمَنْ يَعْصِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ، وَيَتَعَدَّ حُدُوْدُهُ يُدْخِلْهُ نَارًا خَالِدًا فِيْهَا وَلَهُ عَذَابٌ مُهِيْنٌ.

“Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya dan itulah keberuntungan yang besar. Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya dan baginya siksa yang menghinakan.” (Qs. Al Nisa` [04]: 13-14).

Ayat ini mengingatkan jati diri kita selaku hamba Allah agar selalu mengerjakan perintah-Nya dan Rasul-Nya serta seraya meninggalkan segala larangan-larangan-Nya. Buah yang akan dinikmati berupa surga yang digambarkan dengan begitu indah oleh Allah. Gambaran surga yaitu mengalirnya sungai-sungai di bawahnya dengan berbagai rasa kesegarannya, antara lain:
  1. Surga yang sumbernya mengeluarkan susu yang tidak pernah rusak warnanya. Beda halnya dengan keadaan susu di dunia. Susu di dunia diperah dari sapi namun susu di surga langsung menjadi sumber yang mengaliri anak sungai di surga.
  2. Sungai yang bersumber dari madu murni. Jangan dibandingkan dengan madu di dunia yang keluar dari tubuh tawon yang sebenarnya menjijikkan itu (pantat tawon).
  3. Sungai dari Khomer yang nikmat bagi yang meneguknya. Bukan Khomer di dunia yang kita kenal selama ini. Khomer yang mengeluarkan bau tak sedap, membuat wajah dan mata memerah, ditambah dengan efek yang membuat orang yang meneguknya berjalan terhuyung-huyung. Namun Khomer di surga tersebut terasa nikmat. Sebuah kenikmatan yang bisa membuatnya terbang untuk melihat keindahan surga dari atas. Kata Rasul saw:
مَنْ شَرِبَ الخَمْرَ فِى الدُّنْياَ لَمْ يَشْرَبْهَا فِى الأَخِرَةِ.

“Barangsiapa meminum khomer (minuman keras) di dunia, ia tidak akan bisa meminum khomer yang ada di akhirat.”


Selain itu, keadaan surga juga diilustrasikan oleh Allah dalam ayat lainnya:

وَفِيْهَا مَا تَشْتَهِيْهِ الأَنْفُسُ وَتَلَذُّ الأَعْيُنُ وَأَنْتُمْ فِيْهَا خَالِدُوْنَ.

“Dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata serta kamu kekal di dalamnya.” (Qs. Az Zukhruf [43]: 71).

Untuk memahami lebih jauh ayat ini, baiknya kita simak penuturan Nabi saw dalam haditsnya yang menjelaskan maksud “yang diingini oleh hati”. Bila kita melihat burung sedang terbang lantas terbetik di benak kita untuk menikmatinya sebagai hidangan makanan, secara otomatis burung tersebut menjadi hidangan di depan mata kita. Ditambah pula dengan bidadari yang sungguh teramat cantik nan jelita bak permata-permata indah yang memikat hati orang yang memandangnya. Terkadang, perempuan beriman terbakar api cemburu disebabkan wujud bidadari di surga yang Allah sediakan di surga-Nya. Menurut perempuan beriman tadi, apa tidak ada bidadara di surga? Perasaan demikian ini sah-sah saja namun jangan sampai membuat kecil hati. Perempuan yang beriman, kelak bakal lebih cantik di surga ketimbang bidadari sekalipun. Anda yang tercipta sebagai makhluk berjenis kelamin perempuan akan menjadi ratu sedang bidadari-bidadari tersebut justru menjadi pembantu Anda, meski Anda di dunia tidak berparas ayu. Karena itu, jadilah perempuan yang solehah. Jika tidak, keadaannya tidak akan berubah bahkan lebih buruk. Nah, bila Anda selaku istri mengharap suami Anda tidak tertawan hatinya oleh bidadari di surga, maka tingkatkanlah ibadah Anda, hiasilah diri Anda dengan banyak wudhu, sujud kepada Allah, bangun malam yang semua itu akan membantu Anda tampil lebih cantik daripada bidadari di akhirat.
Nabi Muhammad saw pernah menceritakan bahwa di surga itu ada satu pasar. Pasar tersebut berbeda dengan pasar di dunia. Di dalamnya tidak ada transaksi jual-beli dan hanya dibuka setiap hari Jumat. Isinya gambar wajah laki-laki yang tampan dan wanita yang cantik. Bila Anda bosan dengan wajah Anda, maka Anda bisa memilih  model wajah yang terpampang yang Anda inginkan. Fasilitas ini disediakan Allah untuk semua penghuni surga tanpa perlu melakukan operasi plastik atau pergi ke salon kecantikan. Apa yang terpaparkan memang tidak rasional. Apakah Anda masuk ke dalam surga dengan akal. Cukup bagi Anda mengimaninya. Titik. Sebab hal ini bukan lagi persoalan akal namun urusan iman.
Fasilitas-fasilitas ini semuanya disediakan bagi orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Untuk sampai ke sana hanya membutuhkan satu syarat: taat kepada Allah dan Rasulullah. Apa beratnya kita taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Meskipun begitu, mengapa masih ada di antara kita yang tidak patuh?

Ancaman Siksa Api Neraka
Di samping itu, barangsiapa berani maksiat, melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya, maka dengarkan baik-baik firman Allah : 
“Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya dan baginya siksa yang menghinakan.” (Qs. Al Nisa` [04]: 14).

Sebagai tamsil, jika kita masuk ke kebun binatang kemudian di situ ada pagar pembatas yang membatasi antara kita dengan kandang singa, kita tidak berani mendekatinya karena khawatir menjadi santapan lezat bagi singa tersebut. Anehnya, mengapa batas-batas yang telah digariskan oleh Allah, masih saja didekati bahkan diterjang. Tidakkah muncul perasaan takut masuk ke dalam neraka-Nya, menghadapi beragam siksa yang maha pedih di dalamnya. Kita takut kepada singa tapi kebencian, laknat, dan kemarahan Allah tidak kita khawatiri. Simaklah sebagian kecil penuturan Al Qur`an tentang keadaan penghuni neraka:

وَإِنْ يَسْتَغِيْثُوْا يُغَاثُوْا بِمآءٍ كَالمُهْلِ يَشْوِي الوُجُوْهَ، بِئْسَ الشَّرَابُ وَسآءَتْ مُرْتَفَقاً.

“Dan jika meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istrirahat yang paling  jelek” (Qs. Al Kahfi [18]: 29)

Sungguh teramat mengerikan untuk membayangkan neraka. Neraka adalah jurang yang sangat dalam; berdindingkan batu bara; api berwarna hitam yang menjilat-jilat. Semua jenis warna api di dunia ini berasal dari api akhirat. Pembentukannya melalui beberapa proses “penyaringan”. Api neraka dicelupkan ke dalam air sebanyak tujuh puluh kali, barulah menjadi api dunia. Itu pun masih bisa membakar baja. Bisa kita bayangkan bagaimana panasnya. Sekali berada di dalamnya, seseorang akan berada di sana selama-lamanya.

Alangkah malang dan hinanya nasib seseorang yang masuk ke dalamnya. Ia menjerit-jerit, “HAUS…HAUS..HAUS..”. Dia mohon kepada Allah agar diberi keringanan, “Jika meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka.” Ia akan diberi minum dengan air seperti timah yang dipanaskan. Sekali meneguknya, lelehnya semua wajahnya. Alih-alih meminum timah, terkena saja bisa dibayangkan rasa sakit yang mendera. Keadaan ini berlangsung terus-menerus tiada berhenti sejenak pun. Hal itu terjadi akibat kelalaian seseorang dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Dia telah berani dan lancang melanggar ajaran Nabi Muhammad serta batas-batas syariat Islam. Ganjaran setimpalnya adalah mendekam di “hotel” api neraka untuk selama-selamanya.

Diceritakan, seandainya penghuni neraka diberi kabar bahwa jika dunia ini menjadi keranjang yang diisi dengan biji-biji jagung, satu biji dimasukkan ke dalam keranjang untuk setiap satu tahunnya sebagai penanda hukuman yang telah dijalaninya di dalamnya, niscaya penduduk neraka akan bersorak-sorai karena masih mempunyai harapan untuk keluar dari siksa neraka. Sayangnya, janji ini tidak pernah dijumpai kapan pun. Mereka justru kekal abadi. Sama sekali tidak ada kesempatan untuk keluar sehingga mereka menjadi orang yang putus asa, berada dalam keadaan sakit yang menyiksa.
Duhai betapa hina keadaan mereka. Perhatikanlah keadaan di sekitar kita. Lihatlah orang yang berada dalam keadaan sakit parah. Penyakit ganas menggrogoti tubuhnya. Dia tidak punya biaya berobat. Untuk makan sehari-hari saja sulitnya setengah mati. Menjadi pengemis akhirnya menjadi pilihan baginya. Berkeliling dari satu rumah ke rumah lainnya. Betapa naïf dan hinanya ibarat pepatah “sudah jatuh tertimpa tangga.” Namun ketahuilah, penduduk neraka lebih hina dan celaka daripada itu.  Oleh karena itu, jangan coba-coba untuk berani melanggar hukum-hukum Allah. Siapa kita yang berani maksiat kepada-Nya.

Sebagai kesimpulan, sesungguhnya Allah tidak pernah membutuhkan ibadah dan dzikir kita. Justru kitalah yang beribadah kepada-Nya dan hanya untuk-Nya serta kita yang haus akan guyuran Rahmat-Nya. Saat kita bersujud, kita mendulang samudera Ampunan-Nya. Sekaranglah waktu untuk bertaubat. Niatkan sisa usia kita untuk meningkatkan ibadah kepada Allah. Jangan ada lagi keinginan yang melintas di dalam kalbu untuk bermaksiat agar kita selamat dunia dan akhirat.
Posted by Uswah On 11:57 AM No comments

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Ajukan Pertanyaan atau Tanggapan Anda, Insya Allah Segera Kami Balas

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube

Arsip Blog