Sabtu, 17 Desember 2011

Salah  satu aspek  yang sering  kita  lupakan  dalam mendidik    anak-anak   adalah   tarbiyah   ruhiyah. Jangankan  untuk anak,  untuk diri  sendiri pun kita sering  lupa dengan  tarbiyah bentuk  ini.  Padahal, seperti  halnya  akal  dan  pikiran  perlu  mendapat pendidikan, ruh kitapun wajib mendapatkan haknya.

Untuk  mendidik   akal  dan  meningkatkan  kapasitas intelektual  orang   tua   menyekolahkan anak ke sekolah-sekolah  favorit.   Tetapi   dalam   masalah pendidikan keimanan seringkali enggan memberi porsi yang  cukup. Bahkan  tidak perduli  walaupun sekolah tersebut  tidak  memberikan  pendidikan  Islam  yang memadai.
Iman  merupakan hal  asasi dalam  kehidupan  seorang muslim,  sedang tarbiyah  merupakan kebutuhan  pokok setiap  insan.  Tarbiyah  imaniyah  adalah  tarbiyah yang ditujukan untuk  meningkatkan iman, ma’nawiyah (mentalitas),  akhlaq (moralitas),  dan  ayakhsyiyah (kepribadian) daripada mutarobiyyin (anak didik).
Iman  kepada Allah  dan hari  akhir  wajib  mendapat pupuk  yang menyegarkan,  disiram  dengan  air  agar terus  menerus tumbuh  di lahannya  secara  bertahap dan  tawazun (seimbang)  menuju  kesempurnaan.  Iman tumbuh  subur karena  didasari hubungan  yang intens dengan  Allah   dalam  berbagai  bentuknya.  Cobalah simak  hasil tarbiyah  pada  seorang  anak  di  masa Salaf dahulu.

Abdullah  bin Dinar  berkisah tentang  perjalanannya bersama    Khalifah   Umar   bin   Khattab.   Beliau mengatakan,  “Saya bersama  Umar  bin  Khattab  r.a. pergi  ke Makkah  dan beristirahat  di suatu tempat. Lalu  terlihatlah anak gembala dengan membawa banyak gembalaannya  turun dari  gunung dan berjumpa dengan kami.  Umar bin  Khattab berkata,  “Hai penggembala, juallah seekor kambingmu itu kepadaku!”

Anak  kecil penggembala  itu  menjawab,  “Aku  bukan pemilik  kambing ini,  aku hanya  seorang budaknya.” Umar  menguji anak  itu, “Katakanlah  kepada  tuanmu bahwa salah seekor kambingnya dimakan srigala.” Anak  itu termenung  lalu menatap  wajah  Umar,  dan berkata, “Maka di manakah Allah?”

Mendengar  kata-kata yang  terlontar dari  nak kecil ini,  menangislah  Umar.  Kemudian  beliau  mengajak budak  itu kepada  tuannya kemudian memerdekakannya. Beliau  berkata pada  anak itu,  “Kalimat yang telah engkau  ucapkan tadi  telah membebeaskanmu  di dunia ini,  aku harap  kalimat-kalimat tersebut  juga akan membebaskanmu kelak di akhirat.”

Kejadian  di atas  menunjukkan salah  satu  pengaruh dari  pengenalan terhadap Allah. Kejadian serupa itu sudah  sangat jarang terjadi saat ini. Sekarang ini, di  masyarakat kita  kejujuran dan  kebenaran seolah sudah  tak  ada  harganya.  Coba  bandingkan  dengan sikap  Umar yang  menghargai  anak  tersebut  dengan membebaskannya dari perbudakan.

Mungkin  timbul   pertanyaan:  bagaimanakah  seorang anak  kecil di  masa itu  bisa menjadi  begitu yakin dengan  pengawasan   Allah   (muroqobatullah)   yang berlaku pada setiap manusia?
Keyakinan  lahir dari  suatu pendidikan  dan latihan yang  benar. Di  mana kekhalifahan  Umar, masyarakat Islam    sudah   terbentuk    dan   masyarakat   ini menghasilkan  bi’ah (lingkungan) yang baik bagi anak tersebut,  kendati  ia  berada  di  gurun.  Pengaruh sistem  pendidikan Islam  telah merembes ke berbagai tempat  sehingga setiap  orang benar-benar  meyakini dan menghayati syariat Allah.
Tarbiyah  imaniyah untuk  anak-anak  merupakan  satu pendidikan yang meliputi hal-hal berikut:
1.   Upaya melaksanakan  dan  menghayati   nilai-nilai ibadah  kepada Allah  dalam arti yang seluas-luasnya sesuai dengan bimbingan Rasulullah SAW.
2.   Pembiasan  dalam  mengingat  Allah  (dzikrullah) dengan  membaca  ayat-ayat  Al  Qur’an  atau  dengan menyebut-nyebut  nama Allah  dengan cara  yang tepat di saat-saat tertentu.
3.   Membiasakan  merasakan  adanya  bimbingan  Allah dalam  melaksanakan kebaikan  dan  pengawasan  Allah dalam   setiap   aspek   kehidupan.   Yaitu   dengan menghubungkan  kejadian-kejadian   sehari-hari  yang dialaminya dengan kekuasaan Allah.
4.   Membiasakan  menggantungkan  diri  kepada  Allah misalnya  dengan berdo’a  dalam berbagai situasi dan kondisi.
5.   Meningkatkan akhlak  (perilaku) yang baik dengan mencontohkan  tindakan-tindakan baik dan memperbaiki perilakunya pada saat anak melakukan keburukan.
6.   Memberikan motivasi dan rangsangan dengan memuji atau  memberi   hadiah  ketika  anak  berbuat  baik, memberi    manfaat   kepada    orang   lain,    atau menyenangkan  orang   lain  kendati  orang  tersebut tidak menyadarinya.
7.   Membimbing hal-hal  lain untuk  yang berhubungan dengan pendekatan diri kepada Allah.

Metoda Tarbiyah
Pembekalan  keimanan   bagi  anak-anak  berorientasi pada  penyiapan pemahaman  dan  pembiasaan  berbagai hal  yang kelak  dapat menolong anak untuk melakukan sendiri  berbagai  kegiatan  yang  dapat  memelihara ruhiyahnya.
Anak-anak  sebenarnya lebih  mudah menerima  hal-hal yang  bersifat teoritis  kendati bersumber dari alam ghaib  (tidak nampak).  Karena secara  fitrah mereka mudah  mempercayai   orang  tua,  guru,  atau  kawan dekatnya.  Anak-anak senantiasa  jujur dan tidak mau didustai  seperti pada  kisah Umar  bin  Khattab  di atas.  Ini menunjukkan  bahwa kejujuran  mereka amat mudah mendekatkan mereka kepada Allah.

Tarbiyah  imaniyah untuk anak-anak mungkin diberikan dengan jalan:

1.   Dengan Contoh dan Keteladanan
Anak-anak  adalah makhluk yang paling senang meniru. Orang  tuanya merupakan  figur  dan  idolanya.  Bila mereka  melihat kebiasaan  baik  dari  ayah  ibunya, maka  mereka pun  akan  dengan  cepat  mencontohnya. Orang  tua   yang  berperilaku   buruk  akan  ditiru perilakunya  oleh   anak-anak.  Anak paling  mudah mengikuti kata-kata yang keluar dari mulut kita.
Misalnya  dalam   mensyukuri  segala   nikmat   yang diperoleh  dalam   keluarga.   Kepada   anak   harus senantiasa  diingatkan betapa semua rezeki bersumber dari  Allah. Apabila kita memberi pisang kepada anak misalnya,  sempatkanlah bertanya,  “Darimana  pisang ini,  Nak?” “Dari  Umi,” jawab  si anak. “Ya. Tetapi sebenarnya  pisang ini  pemberian Allah kepada kita. Allah menyampaikannya melalui Umi.”

Dengan  cara demikian, dalam peristiwa sederhana ini kita  mencontohkan bagaimana  mengingatkan Allah dan mensyukuri   pemberian-Nya.   Mengucapkan   hamdalah ketika  menerima   sesuatu  dan  menjelaskan  kepada mereka  bahwa semuanya  merupakan kasih sayang Allah dan  merupakan  suatu  kewajiban  yang  tidak  dapat dipungkiri.  Demikian pula  mengucapkan insya Allah, subhannallah,  dan berbagai  ungkapan tasbih lainnya akan dicontohkan oleh anak.

2.   Dengan Latihan dan Pembiasaan
Banyak  pembiasaan ibadah harus dilakukan pada anak. Misalnya  pembacaan do’a  pada tiap-tiap  kesempatan dan  menguraikan maksud  dan isi  do’a tersebut.  Di setiap  munasabah, ada  do’a yang  pantas diucapkan. Mau  makan, minum, tidur, mau belajar, mau berwudhu, menaiki  kendaraan, dan lain-lain ada do’a yang khas untuknya.  Anak-anak   sangat   mudah   menghafalkan do’a-do’a   ini.  Apalagi  bila  di  sekolah  mereka mendapat  program khusus  mengenai do’a  ini. Tetapi pengamalan  do’a-do’a   tersebut  sangat  tergantung pada  pengawasan orang  tua.  Biar  pun  anak  mampu menghafal  seratus do’a di sekolah atau madrasahnya, dia  tidak  akan  mampu  meningkatkan  imannya  bila tidak  ada  pengamalan  dan  penghayatannya.  Secara rutin  dan   teratur   ayah   atau   ibu   hendaknya membimbing  anak  membiasakan  pembacaan  do’a  ini, menjelaskan    dan   memberi    pengertian   tentang nilai-nilai kandungannya.

Pembiasaan  lain yang  perlu dilakukan semenjak dini antara lain:
  • Membawa anak-anak  ke masjid,  beri’tikaf,  serta mencintai dan menghormati jamaahnya.
  • Memberikan perhatian  khusus agar anak senantiasa membaca Al Qur’an secara rutin.

3.   Dengan Nasihat dan Bimbingan
Orientasi    nasihat   dan    bimbingan    bertujuan mengingatkan  anak terhadap pengawasan Allah di mana pun  mereka berada.  Ibnu  Abbas  r.a.  menceritakan bahwa  sewaktu   masih  anak-anak,   beliau   pernah dibonceng  Rasulullah di  atas  untanya.  Perjalanan yang  mengasyikkan ini  digunakan  Rasulullah  untuk menasihati  Ibnu Abbas.  Waktu  itu  Rasulullah  SAW berkata,  “Hai anak,  jagalah semua  perintah Allah, niscaya  Allah   memeliharamu.   Periharalah   semua perintah  Allah,   niscaya  engkau   dapati  Dia  di hadapanmu.  Apabila engkau memohon sesuatu, mohonlah hal  itu kepada Allah, dan…

bila meminta pertolongan, mintalah  kepada Allah.  Dan  ketahuilah,  sekiranya seluruh  masyarakat  sepakat  berbuat  sesuatu  yang bermanfaat  bagimu, maka  semua manfaat itu hanyalah Allah  yang  menentukannya,  dan  bila  mereka  akan berbuat  jahat kepadamu,  maka kejahatan  itu  tidak akan  menimpamu kecuali  yang telah ditetapkan Allah pula.   Terangkat   qalam   dan   keringlah   pena.” (THR. At-Turmudzi)

4. Dengan Pengarahan dan Pengajaran
Bila  nasihat   disampaikan   di   mana   saja,   di tempat-tempat    di   mana   orang   tua   (murobbi) berinteraksi  dengan anak  didiknya, maka pengarahan dan  bimbingan mengambil  waktu dan  tempat tertentu misalnya   seusai   shalat   Shubuh   atau   Maghrib berjamaah.  Rasulullah   pernah  memberi  pengajaran kepada  Ibnu  Abbas  sebagai  berikut,  “Periharalah perintah  Allah, engkau dapatkan Allah di hadapanmu. Kenalkan  dirimu   kepada  Allah  di  waktu  senang, niscaya  Allah akan  mengingatmu di  saat kesukaran. Ketahuilah  bahwa sesuatu yang terlepas darimu tidak akan  mengenaimu, dan  yang menjadi  bagianmu  tidak akan  terlepas darimu.  Ketahuilah bahwa  kemenangan itu  beserta keshabaran, dan kegembiraan itu setelah kesukaran,  dan   setiap  ada   kesukaran  akan  ada kelapangan.”
Anak-anak  pra sekolah dapat mulai dimasukkan ke TPA di  mana mereka  mendapatkan arahan  dan  pengajaran dari    guru-guru   yang   sudah   memahami   metoda pendidikan keimanan kepada balita.

5.   Dengan Bercerita dan BerkisahAnak- anak  sangat   senang  pada  cerita-cerita  dan kisah-kisah  masa   lampau.  Apalagi   di   dalamnya terkandung    unsur-unsur   heroik    dan   semangat perjuangan.   Islam   memiliki   khazanah   kekayaan sejarah  yang sangat  besar. Mulai  zaman nabi-nabi, Nabi  Muhammad   dan  para   sahabat  beliau,  serta sejarah  umat Islamnya.  Ibnu Mas’ud  berkata, “Kami (generasi    sahabat)   mengajarkan    perang-perang Rasulullah  kepada anak-anak  kami sebagaimana  kami mengajarkan Al Qur’an.”
Ayah  dan ibu  yang bercerita  kepada  anaknya  akan lebih  melekatkan  anak-anak  pada  keteladanan  dan ibroh  (pelajaran) yang  dapat  diambil  oleh  anak. Sesungguhnay  apabila kita  mampu  bercerita  dengan baik,  kisah dari  seorang ibu yang lembut dan penuh keakraban  insya  Allah  dapat  lebih  disukai  anak tenimbang  acara-acara telivisi.  Karena  pendekatan cerita  sebelum  tidur  bersifat  timbal  balik  dan mempunyai dampak psikologis yang dibutuhkan anak.

6.   Dengan Dorongan, Rangsangan dan Penghargaan
Usia  kanak-kanak  sangat  memerlukan  dorongan  dan penghargaan  ketika meraih  sesuatu  kendati  sangat sederhana.  Jangan  segan-segan  mengucapkan  terima kasih  kepada anak  yang berhasil  nilai yang bagus, atau  memberi hadiah  ketikda berhasil  dalam  salah satu  kegiatan.  Di  dalam  hadiah  tercermin  kasih sayang,  karena Rasulullah  bersabda,  “Saling  beri hadiahlah  kalian dengan demikian kalian akan saling mencintai.” (Al-Hadits). Bagi  seorang anak,  perhatian, ciuman, dekapan yang mesra,  atau   gendongan  dapat   dipahami   sebagai hadiah.  Anak yang  lebih besar  ingin  hadiah  yang lebih  kongkrit.   Tak  ada  salahnya  ayah  memberi sesuatu  ketika   anak   telah   berprestasi   dalam peningkatan  pribadinya. Misalnya,  ketika  berhasil menghafal  satu   surat  di  antara  surat-surat  Al Qur’an.
Posted by Uswah On 11:18 AM No comments

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Ajukan Pertanyaan atau Tanggapan Anda, Insya Allah Segera Kami Balas

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube

Arsip Blog