Kamis, 05 Januari 2012

Alangkah bahagia perasaan suami jika pulang sehabis bekerja mendapat sambutan hangat dari sang istri berupa senyum manisnya. Apalagi jika ditambahkan dengan hidangan secangkir teh hangat dan sepiring panganan kecil buatan sang istri.
Allah Swt. berfirman dalam surat Ar-Rum ayat 21, yang artinya kurang lebih demikian:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (Q. S. Ar-Rum: 21).
Ayat tersebut menggambarkan jalinan ketentraman, rasa kasih dan rasa sayang sebagai suatu ketenangan yang dibutuhkan oleh masing-masing individu . lakilaki dan perempuan - ketika jauh dari pasangannya. Setiap suami istri yang menikah, tentu sangat menginginkan kebahagiaan hadir dalam kehidupan rumah tangga mereka ada ketenangan, ketentraman, kenyamanan dan kasih sayang. Rumah tangga yang menjadi surga dunia! tidaklah identik dengan limpahan materi, kebahagiaan bukanlah sebuah kemustahilan untuk dicapai, sebab kebahagiaan merupakan pilihan dan buah dari cara berfikir dan bersikap. Maka dari itu, hanya dengan pasangannyalah ia dapat menikmati manisnya cinta dan indahnya kasih sayang dan kerinduan.
Namun, rupanya itu hanyalah menjadi impian bagi sebagian suami. Karena kenyataan yang dihadapi, mereka harus terbiasa pulang ke rumah dalam keadaan kosong dan rumah berantakan. Tak jarang akhirnya mereka ikut mengerjakan pekerjaan rumah yang belum beres tersebut.

Sedang sang istri dengan santainya ngobrol di rumah tetangga, dengan dalih bukan zamannya lagi istri harus menyambut kedatangan suami pulang dari kerja dan mengurus semua pekerjaan rumah tangga. lronisnya, kita bisa perhatikan di sekeliling kita ada fenomena suami berada di rumah menggantikan peran sang istri, sedang sang istri yang mencari nafkah di luar.
Salah satu sikap istri shalihah yang menandakan bagusnya interaksi dengan suami adalah berkhidmat pada suami sebatas yang ia mampu. Ia tak akan membiarkan suaminya yang lelah baru pulang kerja unttik mengurus keperluannya sendiri. Apalagi harus ikut-ikutan membereskan pekerjaan rumah tangga sedangkan dirinya masih mampu untuk mengerjakannya.

Berkhidmat di sini tidak hanya bersifat lahir saja, semisal segala sesuatu yang berkait dengan pekerjaan rumah tangga, tapi juga bersifat batin dan psikologis suami. Tapi, karena keterbatasan halaman ini kita fokuskan pada urusan pekerjaan rumah tangga yang sekarang mulai dilihat sebelah mata oleh sebagian kaum Wanita. Maka tak heran bahwa istri yang shalihah akan menyibukkan dirinya untuk melayani keperluan suami dan rumah tangganya dengan penuh keikhlasan sebagai salah satu wujud pengabdian. Harapannya, ia akan mendapat pahala kebaikan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT) atas pengabdiannya. Bukanlah suatu kehinaan bagi seorang wanita yang sudah berkeluarga untuk melayani kebutuhan suami dan anak anaknya. Karena setiap gerak dan aktivitas Muslimah yang diniatkan karena Allah SWT akan dinilai
Sebagai ibadah.

Berkhidmat kepada suami telah dilakukan oleh wanita-wanita utama lagi mulia dari kalangan shahabiyyah, seperti yang dilakukan Asma’ bintu Abi Bakar ash-Shiddiq Radhiallahu ‘anhuma (RA) yang berkhidmat kepada Az-Zubair ibnul Awwam RA, suaminya. Ia mengurusi hewan tunggangan suaminya, memberi makan dan minum kudanya, menjahit dan menambal embernya, serta mengadon tepung untuk membuat kue. Ia juga yang menjinjing biji-bijian dari tanah milik suaminya, sementara jarak tempat tinggalnya dengan tanah tersebut sekitar 2/3 farsakh. (Riwayat Bukhari Muslim). 
Demikian pula khidmatnya Fathimah binti Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) di rumah suaminya, Ali bin Abi Thalib RA, sampai-sampai kedua tangan beliu melempuh karena menggiling gandum. Ketika Fathimah datang ke tempat ayahnya untuk meminta seorang pembantu, sang ayah yang mulia memberikan bimbingan kepadanya.

”Maukah aku tunjukkan kepada kalian berdua apa yang lebih baik bagi kalian daripada seorang pembantu? Apabila kalian mendatangi tempat tidur kalian atau ingin berbaring, bacalah Allahu Akbar 34 kali, Subhanallah 33 kali, dan Alhamdulillah 33 kali. Ini lebih baik bagi kalian daripada seorang pembantu.” (T.H. Riwayat al-Bukhari Muslim).
Posted by Uswah On 7:51 AM No comments

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Ajukan Pertanyaan atau Tanggapan Anda, Insya Allah Segera Kami Balas

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube