Rabu, 02 Maret 2011

 Apakah benar ada ritual assyuro sebagai hari berkabung atas kematian syd Husein bin Ali bin Abi Tholib?
Adakah hari berkabung dalam islam ?
Bagaimana dengan klaim sebagian orang yang menyatakan bahwa alhabib Abdullah Alhaddad menyebutnya dalam kitab tatsbitul fu’ad karangan beliau sebagai hari berkabung ?

Mohon dijelaskan beserta dalil2 yang ada, agar kami bisa mengetahui kebenarannya……


JAWABAN :

 Bulan Muharram adalah salah satu dari empat bulan pilihan yang disebut Asyhurul Hurum. Firman Allah SWT :

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ

“ Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram “ (Q.S at-Taubah : 36) 

Di bulan itu, disunnahkan untuk berpuasa. Rasulullah SAW bersabda :

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ

“ Paling utamanya puasa setelah Ramadhan, yaitu puasa di bulan Muharram, dan paling utamanya shalat setelah shalat fadhu adalah shalat malam “.


Khususnya pada tanggal 10 Muharram yang dikenal dengan hari Asyura’. Ketika Rasulullah ditanya tentang keutamaan puasa di hari Asyura’, Beliau menjawab :

إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

 “ Aku berharap kepada Allah, bisa menghapus dosa satu tahun yang telah lalu”.

Diriwayatkan dalam hadits :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِأُنَاسٍ مِنْ الْيَهُودِ قَدْ صَامُوا يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ مَا هَذَا مِنْ الصَّوْمِ قَالُوا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي نَجَّى اللَّهُ مُوسَى وَبَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ الْغَرَقِ وَغَرَّقَ فِيهِ فِرْعَوْنَ وَهَذَا يَوْمُ اسْتَوَتْ فِيهِ السَّفِينَةُ عَلَى الْجُودِيِّ فَصَامَهُ نُوحٌ وَمُوسَى شُكْرًا لِلَّهِ تَعَالَى فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى وَأَحَقُّ بِصَوْمِ هَذَا الْيَوْمِ فَأَمَرَ أَصْحَابَهُ بِالصَّوْمِ  (رواه احمد في مسنده)

Dari Abi Hurairah ra berkata : Nabi Saw melewati sekelompok orang yahudi, mereka berpuasa di hari Asyura’. Nabi bertanya : “Puasa apa ini?”. Mereka menjawab : “Ini adalah hari dimana Allah menyelamatkan Musa dan Bani Israil dari tenggelam, dan menenggelamkan Fir’aun. Dan hari ini juga adalah hari merapatnya bahtera (Nabi Nuh) di bukit Judiy. Maka Nabi  Nuh dan Nabi Musa berpuasa sebagai rasa syukur kepada Allah SWT ”. Lalu Nabi berkata : “Saya lebih berhak dengan Nabi Musa dan lebih berhak untuk berpuasa di hari ini”. Nabi pun memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa.

 Dan masih banyak riwayat-riwayat lain yang menerangkan keutamaan puasa Asyura’.

Di hari ini pula, meninggalnya cucu Rasulullah  sayyidina Husein ra. Diriwayatkan :

قالت أم سلمة كان النبي صلى الله عليه وسلم نائما في بيتي فجاء حسين يدرج ، قالت : فقعدت على الباب فأمسكته مخافة أن يدخل فيوقظه ، قالت : ثم غفلت في شيء فدب فدخل فقعد على بطنه ، قالت : فسمعت نحيب رسول الله صلى الله عليه وسلم فجئت فقلت : يا رسول الله والله ما علمت به ؟ فقال : « إنما جاءني جبريل عليه السلام وهو على بطني قاعد ، فقال لي أتحبه ؟ فقلت : نعم قال : إن أمتك ستقتله ألا أريك التربة التي يقتل بها ؟ قال : فقلت : بلى قال : فضرب بجناحه فأتاني بهذه التربة » قالت : فإذا في يده تربة حمراء ، وهو يبكي ويقول : « يا ليت شعري من يقتلك بعدي ؟ »

Berkata Umi Salamah, sewaktu Nabi tidur ada di rumahku, tiba-riba Husein hendak masuk, maka aku (umi salamah) duduk didepan pintu mencegahnya masuk karena khawatir membangunkan Nabi. Umi Salamah berkata “ kemudian aku lupa akan sesuatu sehingga Husein merangkak masuk dan duduk di atas perut Rasulullah SAW. Lalu aku mendengar rintihan Rasulullah SAW, akupun mendatangi-Nya dan bertanya “ apa yang engkau ketahui sehingga engkau merintih seperti itu “. Rasulullah menjawab : “ Jibril datang kepada-Ku ketika Husein ada di atas perutku seraya berkata kepada-Ku “ apa Engkau mencintai-Nya (Husein) ?, maka akupun menjawab “ ya, Aku mencintai-Nya “, lalu Jibril berkata “ sesungguhnya dari umat-Mu ada yang akan membunuh-Nya (Husein), maukah Engkau aku tunjukkan tanah tempat pembunuhan-Nya ?, maka Akupun menjawab “ ya “, maka Jibrilpun mengepakkan sayapnya lalu memberikan kepadaku tanah ini “. Umi salamah berkata “ maka Nampak pada tangan Rasulullah tanah merah, dan Rasulullah SAW menangis seraya berkata “ siapakah yang akan membunuhmu (wahai Husein) sepeninggal-Ku ?”.

Sebagian kelompok Islam menjadikan hari itu adalah hari berkabung karena kematian sayyidina Husein ra dalam keadaan yang sangat mengenaskan berdasarkan menangisnya Rasulullah SAW sebagaimana keterangan di atas. Bahkan mereka meratap-ratap sambil menyakiti diri sebagai bukti keprihatinan dan kecintaan kepada sayyidina Husein ra.

Ketahuilah, perbuatan seperti itu dan pendapat seperti itu tidaklah benar. Tidak diriwayatkan bahwa Rasulullah berbuat demikian atau memerintahkan umatnya untuk berbuat seperti itu, juga yang dilakukan oleh Ahlil bait serta orang-orang shaleh yang lainnya, bahkan Rasulullah melarang untuk meratap-ratap karena kematian sebagaimana orang-orang jahiliyah sambil memukul-mukul anggota badan.  Dirawayatkan hadits shahih :

لَيْسَ مِنَّا مَنْ ضَرَبَ الْخُدُودَ وَشَقَّ الْجُيُوبَ وَدَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ

“ bukanlah termasuk golonganku, orang yang memukul-mukul pipi-pipinya (karena kematian seseorang), dan merobek pakaian-pakaiannya serta menjerit sebagaimana orang-orang jahiliyah “

Kalau dengan dasar tangisan Rasulullah saat beliau menerima kabar dari Jibril, maka sesungguhnya beliau juga menangis ketika meninggalnya Ibrohim putra beliau, Khodijah istri beliau, Abi Tholib paman beliau dan Jakfar Atthayyar sepupu beliau, juga anak dari Zaenab putri beliau dan masih banyak yang lainnya. Beliaupun tidak pernah mengadakan hari berkabung untuk kematian Nabi Zakariya dan Yahya yang juga dibunuh dengan cara dholim. Alhabib Abdullah Alhaddad menerangknan dalam kitab Tatsbitul Fu’ad halaman 223 : 

واما عاشوراء فانما هو يوم حزن لا فرح فيه ، من ان قتل حسين كان فيه ، ولم يصح فيه اكثر من انه يصام ويوسع فيه على العيال ، ولكنه في نفسه يوم فاضل .

Adapun Asyura’ adalah hari sedih dan tidak mungkin ada kebahagian di dalamnya dikarenakan mengingat terbunuhnya sayyidina Husein di hari itu. Namun tidak dibenarkan pada hari itu melakukan ritual yang lain melebihi dari berpuasa dan tausi’ah (memberi belanja lebih) pada keluarga karena pada dasarnya hari itu sendiri adalah hari yang utama


KESIMPULAN : Janganlah melakukan perbuatan yang tidak diridhoi oleh Allah di hari yang mulia itu, apalagi berlabelkan cinta kepada Ahlil bait. Akan tetapi tingkatkan ibadah di hari itu khususnya dengan yang diajarkan oleh Nabi, karena itu adalah seruan Allah dan Rasul juga ahlil bait. Simaklah apa yang dikatakan oleh Rasul ketika mengubur anak beliau Ibrahim :

عن النبي صلى الله عليه وسلم لما دفن ولده إبراهيم وقف على قبره، فقال: ” يا بني القلب يحزن، والعين تدمع، ولا نقول ما يسخط الرب، إنا لله وإنا إليه راجعون،

Ketika putra beliau Ibrohim dikebumikan, Rasulullah SAW berdiam di atas kuburannya seraya berkata : Wahai anakku, hati bisa berduka, mata bisa meneteskan air mata, tapi tidak akan Aku katakan perkataan yang membuat Tuhan-Ku murka. Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan akan kembali kepada-Nya”
Posted by Uswah On 12:27 PM No comments

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Ajukan Pertanyaan atau Tanggapan Anda, Insya Allah Segera Kami Balas

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube

Arsip Blog