Senin, 26 Desember 2011

Alkisah, hiduplah seorang muslim tua bersama seorang cucunya di sebuah pegunungan di bagian timur Kentucky, Amerika. Sang kakek biasa membaca Qur’an selepas sholat shubuh setiap hari. Sang cucu berusaha meniru setiap tingkah laku kakeknya.

Suatu hari, ia bertanya: “Kek! Aku berusaha membaca Qur’an seperti dirimu tetapi aku tidak mengerti isinya. Jikapun ada sedikit yang kupahami, ia akan terlupakan setiap kali aku menutup kitab itu. Lalu, apa gunanya aku membacanya?”

Dengan perlahan sang kakek membalikkan badan dan berhenti dari memasukkan batu bara ke dalam tungku pemasak. Ia menjawab: “Ambillah keranjang ini, bawalah ke sungai di bawah sana dan bawakan untukku sekeranjang air!”

Sang cucu membawa keranjang hitam penuh jelaga batu bara tersebut ke sungai dan mengambil air. Namun air itu telah habis menetes sebelum sampai ke rumah. Sang kakek tertawa dan meminta sang cucu agar mencobanya sekali lagi: “Mungkin engkau harus lebih cepat membawa airnya kemari.”

Sang cucu berusaha berlari, namun tetap saja air itu lebih cepat keluar dari keranjang sebelum sampai ke rumah. Dengan terengah-engah ia pun mengatakan kepada sang kakek bahwa tidak mungkin mengambil air dengan keranjang. Sebagai gantinya ia akan mengambil air dengan ember.

“Aku tidak perlu satu ember air, yang kuinginkan adalah sekeranjang air!” jawab sang kakek. “Kau saja yang kurang berusaha lebih keras,” timpal sang kakek sambil menyuruhnya mengambil air sekali lagi. Sang kakek pun pergi ke luar rumah untuk melihat usaha sang cucu.

Kali ini sang cucu sangat yakin bahwa tidak mungkin membawa air menggunakan keranjang. Namun ia berusaha memperlihatkan kepada sang kakek bahwa secepat apapun ia berlari, air itu akan habis keluar dari keranjang sebelum ia sampai ke rumah. Kejadian yang sama berulang. Sang cucu sampai kepada kakeknya dengan keranjang kosong. “Lihatlah Kek! Tidak ada gunanya membawa air dengan keranjang.” katanya.

“Jadi, kau pikir tidak ada gunanya?”, sang kakek balik bertanya. “Lihatlah keranjang itu!” pinta sang kakek.
Ketika sang cucu memperhatikan keranjang itu sadarlah ia bahwa kini keranjang hitam itu telah bersih dari jelaga, baik bagian luar maupun dalamnya, dan terlihat seperti keranjang baru.

“Cucuku, demikianlah yang terjadi ketika engkau membaca al Qur’an. Engkau mungkin tidak mengerti atau tidak bisa mengingat apa yang engkau baca darinya. Namun ketika engkau membacanya, engkau akan dibersihkan dan mengalami perubahan, luar maupun dalam. Itulah kekuasaan dan nikmat Allah kepada kita!
Posted by Uswah On 12:34 AM 3 comments

3 komentar:

  1. Ya, bisa jadi begitu. Kalau orang Arab mungkin tidak akan kesulitan untuk mengerti artinya begitu membacanya. Namun orang2 yang tidak berbahasa Arab ada baiknya belajar bahasa Arab agar mengerti kitab itu.
    Bagaimana jika Alquran itu diturunkan di negeri kita, mungkin kita akan langsung mengerti isi kitab itu ketika membacanya. Ada petunjuk, ada peringatan,dan ada sejarah disana.
    Saat surat "Bacalah" turun, bukankah isinya adalah perintah agar orang-orang ini paham, bahwa ada Tuhan yang Satu, yang menciptakan Manusia dengan sebaik-baik bentuk. Ada Neraka Jahanam untuk orang yang menyembah selain Dia.
    Banyak orang2 disekitar kita yang menggunakan bahasa asing itu untuk menyembuhkan, mengusir mahluk lain, untuk berdoa tapi salah doa nya. Itu semua terjadi karena orang2 itu diminta membaca Alquran dan bukan membaca (mengerti) kandungan luar biasa al quran.
    Saya baru tahu kalau Neraka Saqor itu untu orang2 yang lalai sholatnya, Saya baru tahu Ada Neraka Jahim untuk orang yang mencela, mengumpat, menimbun harta dan menghitung2nya.
    Coba andaikan bahasa asing yang kandungannya seperti itu dibuat sebagai bahasa pengusir mahluk lain. Andaikan mahluk lain itu mengerti ya dia akan tertawa bukan. Andaikan jampi2 nya menggunakan bahasa kita sendiri tentu orang2 disekitarnya yang akan tertawa.
    Marilah kita membaca untuk mengerti kandungan alquran yang luar biasa itu.

    BalasHapus
  2. alquran tidak hanya bisa ditelan hanya dengan terjemahnya, membutuhkan tafsir untuk hal itu.. maka tidak heran meskipun orang arabpun banyak yang masih kesulitan untuk menafsirkan..

    terima kasih saudara sgh atas kunjungannya

    BalasHapus
  3. cerita tersebut ditulis untuk diambil baik dan manfaatnya :)

    BalasHapus

Silahkan Ajukan Pertanyaan atau Tanggapan Anda, Insya Allah Segera Kami Balas

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube

Arsip Blog